Minggu, 02 April 2017

ME TIME = BAHAGIA UNTUK DIRI SENDIRI

Setiap ibu di dunia semua nya memiliki peran yang luar biasa, entah itu ibu bekerja atau ibu rumah tangga. Di dalam keluarga, ibu adalah superhero, ia dapat melakukan semua nya dari mulai mengurus pekerjaan domestik, mengurus kebutuhan anak dan suami, menjadi guru untuk anak-anaknya, menjadi pendongeng untuk anak-anaknya, menjadi teman main untuk anak-anaknya, dan masih banyak lagi tugas seorang ibu. Menyandang peran sebagai ibu, merupakan peran yang sangat sulit bila kita menjalani nya dengan rasa tidak Ikhlas. Menerima suatu keadaan, dimana saya merasa sulit menjalaninya dengan ikhlas itu, sangat sulit dilakukan jika lelah hati,pikiran dan fisik menghampiri. Namun, saya belajar untuk tidak menyalahkan keadaan dengan memberikan waktu untuk diri saya sendiri. Dimana waktu itu di pergunakan untuk membuat saya bahagia. Jika bahagia dirasakan, itu akan sangat berdampak positif bagi diri saya. Hanya dengan memberikan waktu untuk diri saya, bahagia pun menyambut hati saya.
Saat kehidupan baru dijalani, yaitu pernikahan, kehidupan saya berubah sangat drastis. Setelah menikah saya langsung ikut suami ke bandung, saya menjalani dengan waktu bahagia selama satu bulan setelah pernikahan, karena setiap hari libur, suami selalu mengajak saya bepergian entah itu hanya makan diluar atau ke tempat wisata, itu adalah waktu yang membuat saya cukup bahagia. Dan sampai pada akhirnya setelah sebulan pernikahan,saya diberi amanah untuk hamil, Alhamdulillah saya syukuri. Saat hamil, saat melahirkan sampai anak berusia 1,5 tahun saya sempat mengalami yang namanya depresi ringan dengan gejala kadang suka nangis sendiri, kadang menyalahkan keadaan suka merasa kesal dengan suami tanpa sebab. Situasi itu muncul saat saya merasa lelah fisik dan hati ,ketika masa kehamilan saya yang lemah dan tidak bisa beraktivitas banyak. Ketika awal –awal melahirkan selama 4 bulan harus begadang untuk menggatikan popok dan menyusui, kurang tidur untuk menemani bayi saya yang jam tidurnya masih belum teratur.  Depresi ringan itu saya rasakan karena saya merasa saya lelah hati dan pikiran, tidak ada waktu untuk merefleksikan tubuh dan pikiran, tidak punya ‘Me Time’. Saya merasa tidak bahagia, itu semua berdampak negatif pada emosi saya.
Setelah anak mulai tumbuh, mulai bisa diajak berkomunikasi dua arah saya mulai bisa mengatur waktu ‘Me Time’. Di masa ini pun saya sebenarnya masih belajar bernegosiasi dengan keadaan, karena waktu yang ingin saya miliki pun masih dikatakan sulit untuk didapatkan. Saya dapat melakukan ‘Me Time ‘ hanya saat suami sedang libur di rumah dan saat anak tidur siang. Saat-saat itu adalah waktu emas yang harus benar-benar harus saya nikmati. Disela-sela aktivitas saya menjalankan rutinitas memasak, mengajak bermain anak, merawat ibu mertua. Hanya waktu emas itu yang saya dapatkan untuk ‘Me Time.
Sebenarnya ‘Me Time’ saya adalah hal yang sangat sederhana,dengan hanya tidur 1-2 jam di siang hari dan berkumpul bersama teman-teman hanya sekedar ngobrol,ketawa,sharing bareng minimal 2 minggu sekali. Hanya dua hal itu yang butuh saya lakukan untuk membuat saya bahagia. Biasanya saat anak tidur siang, saya pun ikut tidur siang. Dalam sebulan 1-2 kali setiap hari sabtu atau minggu saya menjadwalkan bepergian sendiri entah itu di acara seminar, atau hanya sekedar kumpul bareng ngobrol bebas saling tertawa bersama teman-teman.
Benar benar beruntung memiliki suami yang pengertian, ia sangat benar-benar mengerti akan kebutuhan waktu untuk diri saya. Jadi hal utama kita lakukan untuk membuat diri bahagia yang akan berdampak positif pada pengelolaan emosi kita sehari-hari adalah sediakan waktu untuk diri sendiri dan komunikasikan dengan pasangan. Karena manfaat yang saya dapatkan dari ‘Me Time’ ini sangat banyak sekali. Selain membuat otak dan tubuh saya rileks juga membuat pikiran saya jernih dalam melakukan segala hal, berpikir positif, mudah menerima dan ikhlas. Banyak sekali dampak positif jika kita kita bahagia. Bahagia untuk saya adalah menyediakan waktu untuk diri sendiri.

BIODATA PENULIS
Nama saya adalah Aulia Safitri 25 tahun, seorang istri Sandi Gugi Ginanjar dan seorang ibu dari Shidqi Athalah Nugraha biasa dipanggil Atha. Menulis adalah minat saya sejak SMA, namun saya mulai berlatih menulis setelah saya kuliah. Setelah menikah dan  mepunyai anak, saya sempat berhenti menulis karena merasa tidak punya waktu dan malas. Namun, seiring berjalannya waktu saya menemukan kembali semangat dan gairah menulis dalam diri saya. Dengan berlatih dan terus berlatih saya berharap saya dapat menjadi seorang penulis yang baik. Saya hanya ingin tulisan saya bermanfaat untuk para ibu-ibu muda diluar sana seperti saya yang masih harus banyak belajar tentang kehidupan sebagai seorang istri dan ibu dalam kehidupan ini.

1 komentar:

  1. Samaa, teh Auliaaa..
    Aku pun merasakan hal yang sama.

    Depresi.
    Sering nangis dan marah.
    Moody.


    Dan alhamdulillah...
    Itu berubah sejak bergabung di IIP.
    Banyak berkumpul dengan teman adalah salah satu cara melepas lelah.

    So,
    Being A Happy Mother.

    BalasHapus