Saat usia menginjak 1 tahun, saya sudah kenalan dengan yang namanya tantrum ini, namun tidak terlalu sering. Nah, saat menginjak usia 2 tahun menuju 3 tahun ini, saya mulai kewalahan dengan si tantrum, karena hampir setiap hari kami bercengkrama cantik, hihihihi.
Baiklah sebelum saya membahas bagaimana agar kita pun tidak tantrum juga saat anak sedang tantrum, saya akan menjelaskan tentang apa sih itu tantrum. Pasti bagi yang punya batita sudah akrab dengan yang nama ny tantrum ini bahkan sudah ahli dalam menangani nya. Namun, disini saya hanya ingin berbagi pengalaman saya seperti biasa. Baik, jadi tantrum itu adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif dan emosi anak. Sebagai bagian dari perkembangan, episode Tantrum pasti berakhir. Begitulah tentang Tantrum yang saya baca di salah satu buku parenting.
Sebenarnya ada beberapa hal positif yang bisa diambil dari Tantrum ini, yaitu saat anak Tantrum adalah ia berusaha mengungkapkan atau mengemukakan pendapat apa yang dia rasa dan dia inginkan kepada orang dewasa, namun itu membuat nya frustasi karena kadang orang dewasa tidak menangkap apa maksudnya ataupun tidak mengabulkan keinginannya sehingga jadilah Tantrum ini.
Tahukah kalian, saat tantrum melanda anak saya, apa yang terjadi pada saya?? Saya pun rasanya frustasi, tidak sabar dan ingin menggoyahkan benteng ketegasan saya untuk mengabulkan keinginan anak saya yang tidak saya kabulkan. Ahh rasa nya saya ingin menciut saat anak saya menangis menjerit-jerit membuat telinga banyak orang mungkin terasa sakit, melempar-lempar mainannya atau membanting Hp saya, serta membanting banting pintu sampai suara nya terdengar keras sekali. Ya Allah rasanya saya ingin membentak dan mencubiti kulit mungil ny itu apalagi saat rasa malu menyerang karena sedang diluar rumah dan menjadi tontonan orang, Namun saya hempaskan perasaan itu karena itu SALAH BESAR, tidak seperti itu cara menghadapi anak yang sedang Tantrum, tidak ada yang nama nya kekerasan dalam pengasuhan, yang ada hanya KETEGASAN. Mungkin Tantrum dalam sisi ini sering terjadi pada anak yang bicara nya belum begitu lancar, jadi orang tua pun kadang tidak mengerti apa yang di maksud si anak.
Kalau Atha Tantrum bisa terjadi sering itu karena apa yang dia inginkan saat itu tidak bisa saya kabulkan, nahh awal seperti itulah Tantrum melanda anak saya. Setelah saya baca baca artikel sana sini dan ada satu buku yang saat ini sedang saya baca, ternyata ada 3 kunci mengenai Tantrum.
1⃣ Mencegah Tantrum
2⃣ Menangani Saat Tantrum
3⃣ Pasca Tantrum
jadi kalau saya pikir yang saya alami selama ini saya lebih ke bagaimana menangani si Tantrum agar mereda, ternyata sebelum dan sesudah menangani tantrum pun ada kunci nya.
Nah, saya coba menerapkan 3 kata kunci ini pada Atha.
1⃣. Mencegah tantrum, bagaimana cara nya saya mencegah Tantrum? Kalau atha lebih sering Tantrum ketika apa yang dia inginkan tidak saya kabulkan, maka dari itu cara mencegah nya saya membuat kesepakatan dengan Atha apa yang boleh atau tidak boleh, Contohnya dalam hal makanan dan minuman, Atha boleh makan Ice cream namun hanya seminggu dua kali. Mencegah Tantrum buat saya masih agak sulit maka dari itu saya harus bertahan untuk konsisten.
2⃣. Menangani Tantrum, kalau Atha sedang Tantrum apa yang saya lakukan? Saya biarkan dia menangis sejadi jadi nya sampai dia merasa lelah dan diam sendiri. Saya tidak bertanya atau menyuruh dia berhenti menangis, karena itu tambah membuat dia Tantrum. Saya hanya memeluk dan mengusap kepala nya, agar dia merasa sedikit tenang.
3⃣ Pasca Tantrum, ketika Atha mulai tenang saya mulai berbicara, karena saat anak tenang apa yang kita bicarakan akan didengar. Dan mengingatkan tentang kesepakatan awal. Memberi tahu apa sebabnya saya tidak mengabulkan apa yang dia inginkan.
Jadi, pada dasarnya adalah Mencegah dan menangani Tantrum adalah Komunikasi dan konsisten serta yang paling utama adalah stok kesabaran. Semoga kita semua diberi kesabaran yang berlimpah dalam mendidik anak anak kita. Aamiin Allahuma Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar